Desa Bulakan di Masa Pandemi Covid-19

Tahun 2020 adalah tahun dimana manusia seluruh dunia diuji dengan sebuah wabah bernama Corona/Covid – 19. Sebuah virus yang berasal dari Wuhan (China) yang tidak disangka akan merambat keseluruh dunia tak terkecuali Indonesia. Semenjak kemunculanya di Wuhan pemerintahan Indonesia gagal memprediksi dan cenderung kurang sigap hingga pada akhirnya ketika virus corona sampai ke Indonesia kita dibuatnya panik tak beraturan. Tidak hanya sampai disitu saja, informasi mengenai covid-19 pun masyarakat dibuat lalulalang mengingat ketidak sinkronan antara presiden dan juga menterinya. Pro dan kontra pun terjadi sehingga pada akhirnya masyarakat lah yang harus mengurus pandemi ini sendiri, Mulai dari masyarakat kota hingga ke daerah.

Adanya pandemic covid-19 ini juga ternyata sangat berdampak besar pada semua bidang mulai dari sektor ekonomi, kesehatan, Pendidikan, keagamaan dan juga pariwisata karena tipe virus dengan kecepatan penularanya yang begitu cepat memaksa kita untuk sejenak berdiam dirumah. Lantas apa yang bisa kita lakukan? Ya, Internet adalah jawabanya. Kita dipaksa untuk melakukan segala sesuatunya lewat digital demi mencegah penyebaran covid-19. Tentunya diperlukan adaptasi baru lagi mengingat penggunaan internet tidak semua kalangan usia mampu mengoprasikanya dengan lincah terlebih penggunaan internet harus memerlukan sinyal yang kuat dan stabil, Tetapi sayangnya di Indonesia sendiri tidak semua daerah memiliki sinyal sebagus di kota-kota besar sehingga itu merupakan permasalahan tersendiri bagi mereka yang hidup di dearah.

Di Indonesia sendiri masa pandemi covid-19 waktunya bebarengan dengan datangnya bulan suci Ramadhan, dan itu menjadi masalah ganda karena disaat idul fitri para perantau dari kota-kota besar nantinya akan pulang kedaerah masing-masing untuk melakukan silaturahmi. Disini daerah sangat berperan sekali dalam memberantas penyebaran covid-19, terutama untuk desa-desa. Bermacam variasi cara pun dilakukan demi memutus rantai penyebaran covid-19. Seperti yang dilakukan di desaku, Desa Bulakan, Kecamatan Belik, Kabupaten Pemalang melakukan pengawasan ketat bagi mereka yang melakukan mudik. Para pelaku mudik diwajibkan melapor terlebih dahulu ke balaidesa sebelum akhirnya menuju ke rumah. Selain itu mereka juga disemprotkan disenfektan mulai dari kendaraan yang mereka tumpangi hingga barang bawaan yang mereka bawa dengan tujuan mensterilkan virus. Dengan begitu para pemudik di harapkan tidak membawa virus corona ke keluarga  mereka. Banyaknya orang yang melakukan mudik pada saat lebaran membuat balaidesa Bulakan harus aktif 24 jam, Maka dari itu warga desa Bulakan bersuka rela bergantian berjaga di Balaidesa.

Disisi lain Balaidesa harus aktif 24 jam, gang-gang kecil pun kita lakukan penyemprotan dan sterilisasi. Para warga bergotong royong melakukan bersih-bersih dan membuat portal untuk melockdown wilayang gang. Tidak lupa juga tempat peribadahan kita sediakan tempat cuci tangan dan memberikan masker kepada para jamaah pada saat sholat jum’at. Edukasi-edukasi protokol kesehatan juga tidak lupa dilakukan oleh pemerintahan desa Bulakan, Dan juga pemasangan banner-banner mengenai seberapa besar bahayanya virus covid-19 ini. Bantuan dari pemerintah berupa uang yang di berikan setiap bulanya selama tiga bulan pun di berikan dengan sangat transparan dan sangat tertib. Dampak dari covid-19 memang sangatlah besar terutama dari segi ekonomi. Banyak dari warga desa Bulakan yang di rumahkan, ada juga yang di phk, dan untuk kuli-kuli bangunan juga proyek mereka banyak yang tutup. Ditambah lagi bagi mereka yang memiliki tanggungan setiap bulanya untuk membayar cicilan tentunya ini sangat memberatkan. Dan untung saja pemerintahan Indonesia menerapkan keringan bagi mereka yang sedang memiliki angsuran tiap bulan.

Selain ekonomi yang semakin susah, ketahanan mental pun juga harus kita siapkan. Karena stigma yang terbentuk di desa tentang virus corona ini. Banyak dari kita yang seolah menjadikan covid-19 seakan seperti aib, Itu tentunya membuat mereka yang sebenarnya memiliki gejala menjadi takut untuk di periksakan kedokter. Ketakutan mereka menjadi berlipat takut dengan penyakitnya dan takut di asingkan di dalam lingkungan. Dampak dari covid-19 yang terasa ketika di desa berikutnya adalah tentang pendidikan. Dengan pembelajaran sistem online yang diterapkan dari sekolahan kepada para siswanya tentunya hal ini sedikit membingungkan dan agak rumit dalam pelaksanaanya. Bagi siswa siswi yang sudah menginjak masa SMA mungkin bisa mengikuti arahan yang di berikan oleh para guru. Tapi bagi mereka yang masih duduk di bangku SD mereka harus memerlukan bantuan dari orang tua dalam mengoprasikanya, Dan permasalahanya tidak semua orang tua mengikuti perkembangan teknologi informasi, Di samping itu kebutuhan lain seperti seperti paket data, smartphone, apalagi jika sinyal yang ada tidak maksimal. Itulah dampak- dampak yang sangat terasa bagi daerah-daerah.

Melihat kondisi sekarang ini, yang seolah-olah semuanya diulang dari nol, Seharusnya ini adalah titik kebangkitan kita bersama untuk melakukan sesuatunya agar lebih baik karena selama kurang lebih 3 bulan ini kita di beri waktu untuk beristirahat dan melakukan evaluasi. Ini adalah titik untuk menyalip, Momentum untuk kita agar bisa lebih kompeten dan siap untuk bertempur sehingga bisa menjadi manusia yang berkualitas. Dan tentunya kita harus mengambil pelajaran dari apa yang sudah terjadi. Inovasi baru juga tidak luput harus kita terapkan agar terhindar dari krisis. Untuk kedepanya internet sangatlah dibutuhkan entah itu untuk wilayah perkotaan ataupun daerah. Pada kenyataanya di masa pandemi covid-19 kita di bawanya semua ke dunia maya. Ini merupakan peluang tersendiri yang artinya semua orang semakin dekat dan akrab dengan teknologi informasi.

Jadi yang perlu dilakukan oleh pemerintah desa adalah mengajak warganya untuk Bersama-sama mengikuti era baru ini, sehingga untuk kedepanya sistem yang dilakukan oleh desa bukan lagi menggunakan sistem manual yang mengharuskan ketika warganya ingin mengurus sesuatu harus datang ke Balaidesa. Di samping itu pemerintah desa juga harus memfasilitasi warganya dalam pengaksesan internet. Seperti misal titik hotspot wifi dipasang di tempat keramaian desa, Entah itu dibalaidesa atau di tempat yang di jadikan warganya sebagai tempat berkumpul. Di saat para warga sudah nyaman dengan satu titik di saat itulah peluang-peluang usaha mikro akan muncul, Sehingga di harap akan banyak pelaku ekonomi-ekonomi kreatif untuk kelas menengah ke bawah.

 

Oleh : Unggul Hardiyanto

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *