OPG DAN MISI MEMPERSATUKAN UKHUWAH WARGA DESANYA

Muhammad Zakki
Gintung, Pecangakan, Comal, Pemalang, Jawa Tengah. Kode pos 52363
zakkielfemalanjy@gmail.com
085876962493
OPG adalah akronim dari kata „Organisasi Pemuda Gintung‟. Gintung sendiri adalah nama salah satu dusun di antara empat dusun lainnya yang terletak di desa Pecangakan. Dapat dikatakan bahwa Gintung sendiri menjadi porosnya Pecangakan. Karena selain letak masjid desa berada di wilayah ini, dusun Gintung juga menempati areal terluas di Pecangakan. Dipastikan bahwa orang yang berhasil melobi warga dusun Gintung dapat sukses maju menjadi kepala desa Pecangakan.
Desa Pecangakan adalah salah satu desa yang terletak di bagian selatan kecamatan Comal dan masih merupakan wilayah kabupaten Pemalang. Mayoritas warganya, selain berprofersi sebagai petani, juga tidak sedikit yang merupakan wirausaha. Jenis usaha yang cukup masyhur dari Pecangakan adalah kerupuk rambak. Ada puluhan pengusaha makanan kering yang berrasa khas ini, dan itu turut membuka lapangan pekerjaan bagi ratusan warga lainnya. OPG dibentuk dari hasil musyawarah perkumpulan para pemuda pada September 2018. Pembentukan OPG ini adalah bertujuan mewadahi para pemuda Gintung yang notabene tidak sedikit telah tersebar di berbagai daerah perantauannya, untuk berkumpul kembali dan bersilaturrahmi dengan sesama pemuda Gintung lainnya. Mengenang kebersamaan di masa lampau. Acara perdananya dikemas dalam agenda Halal bi Halal yang diselenggarakan di halaman Madrasah Diniyah Miftahul Huda Gintung pada 10 Juni 2019. Acara ini menghadirkan penceramah KH. Shohibul Anwar dari Batang.
Dana yang digunakan adalah murni diperoleh dari iuran para pemuda dan pemudi Gintung, baik yang masih mukim di rumah maupun berada di bumi rantaunya. Acara saat itu sengaja ditempatkan beberapa hari setelah hari raya Idul Fitri agar
pemuda dan pemudi memiliki kesempatan dan dapat bertatapmuka lagi, sebelum kembali menjalani rutinitas kerja.
Dalam hal ini OPG menjalin hubungan dan koordinasi yang baik dengan para orang tua dan sesepuh desa. Bagaimanapun, keberhasilan dan suksesi mereka adalah tak bermakna tanpa sumbangsih doa dan restu orang tua. Atas saran tokoh desa, seluruh anggota OPG mengikuti kegiatan ziarah bersama ke makam Syaikh Syarif Abdurrahman bin Abdullah di ujung selatan desa. Tak bisa dipungkiri bahwa tentram dan jenjemnya desa Pecangakan adalah berkah perjuangan mereka. Syaikh Muhammad Syarif Abdur Rahman merupakan ulama berdarah Arab yang masih mempunyai silsilah nasab yang sambung kepada Rasulullah Saw. Nama lengkapnya adalah Muhammad Syarif Abdurohman (atau dikenal dengan Kyai Natas Angin) bin Ahmad Abdullah bin Fathur Rohman bin Abu Bakar Ali. Beliau lahir di Sunda Kelapa (Jakarta) dan wafat pada hari Kamis bulan Robiul awal tahun 1881 M.
Dengan kegigihan dakwah yang dilakukannya, masyarakat mulai sedikit demi sedikit memeluk dan mengenal lebih dalam tentang ajaran agama Islam. Sehingga, sampai saat ini mulai terasa semarak sekali syiar dan penyebaran agama Islam di sana pada khususnya dan hingga ke desa-desa di sekitarnya. Beliau wafat dan dimakamkan di makam umum dusun Gintung Kidul desa Pecangakan. Acara Halal bi Halal yang pertama ini diisi dengan pembacaan maulid yang dibawakan oleh Grub Rebana Al-Maliki yang anggotanya adalah pemuda dusun Gintung. Grub rebana ini memiliki markaz di masjid Nurul Huda Gintung
Pecangakan. Acara ini juga diisi dengan saling salaman antara seluruh anggota OPG yang hadir dengan para tokoh dan orang tua yang hadir. Bertemunya kulit tangan antar satu sama lain menjadi saksi atas bergugurnya dosa dan kesalahan yang pernah dilakukan sebelumnya.
Begitu juga dalam kesempatan agenda Halal bi Halal yang kedua. Meski gangguan virus corona sempat menghalangi, tapi semangat para pemuda OPG untuk berkumpul kembali tidak lagi terbendungi. Mereka tetap menyelenggarakan agenda Halal bi Halal tahunan meski secara sederhana. Tentu dengan tetap mengikuti aturan dan anjuran pemerintah. Selain kegiatan yang bersifat hubungan timbal balik antar anggota, OPG juga terlibat langsung dalam menyukseskan kegiatan-kegiatan sosial yang diselenggarakan pemerintahan desa maupun tokoh-tokoh agama, seperti menjadi bagian dalam kepanitiaan pemilihan umum kepala-kepala daerah, masuk dalam struktural maupun nonstruktural dalam panitia sukses Haul Syaikh Syarif Abdurrahman yang dilaksanakan pada malam Kamis awal bulan Maulud setiap tahunnya, maupun kegiatan keagamaan yang selalu semarak di Gintung dan Pecangakan pada umumnya.
Dalam rangka tasyakuran HUT RI ke-74 yang diselenggarakan oleh Ikatan Remaja Musholla Nurul Hidayah (IRMUS) yang bekerja sama dengan Pondok Pesantren Uswatun Khasanah Gintung pada 24 Agustus 2019 misalnya, di mana dalam acara tersebut menghadirkan pimpinan Mafia Sholawat, KH. Ali Shodikin (Gus Ali), tentu dalam acara yang melibatkan banyak sekali pengunjung yang hadir, segenap anggota OPG juga turut andil menyukseskannya, seperti dengan menjadi bagian penjaga parkir, keamanan, konsumsi, Secara tipologis, mayoritas dan hampir seluruhnya masyarakat dusun Gintung adalah beragama Islam dan ahlussunah wal jamaah, pengikut Nahdlatul Ulama. Tak heran jika ada saja rutinitas kegamaan setiap harinya. Dari kalangan pemuda dan anak-anak dibentuk kelompok Jamaah Barzanjy yang terpisah antara kaum lelaki dan perempuannya. Begitu pun dengan orang tua mereka. Para ibu ada yang tergabung sebagai jamaah muslimat dan Mar‟atussalihah, sementara kaum bapak menjadi anggota jamaah tahlil. Dan hampir setiap RT memilikinya. Di kalangan pemuda juga demikian. Hampir per lingkungan tertentu juga memiliki komunitas tersendiri yang berdiri secara mandiri. Terdapat kelompok pemuda yang termasuk „masa hitam‟ yang sudah memiliki band sendiri dengan genre musik Underground. Juga ada kelompok pecinta maulid yang hampir setiap RT-nya sudah terbentuk personel sholawat dan memiliki agenda rutin. Semua ini berada dalam lingkup yang tidak luas dan hanya diikuti oleh anggota yang segelintir.
Dalam hal ini OPG mengambil peran pertengahan untuk menjadi penjembatan antara kaum muda dengan para orang tuanya. OPG mempertemukan semua warga Gintung dengan menghilangkan sekat usia ataupun profesi dan lain- lain yang mencegahnya untuk duduk dalam satu kursi yang sama tinggi. Saling bahu membahu, simpati dan empati antar satu sama lain. Hal ini terlihat dari kesuksesan OPG menyemarakan peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Seluruh lapisan masyarakat dusun Gintung dan Pecangakan turut menyemarakkan agenda tahunan itu. Setiap RT mempersembahkan karya-karya terbaiknya demi berlomba-lomba menyabet gelar juara dalam karnaval 17 Agustus itu. Semboyannya yang unik adalah “Sante Kang, Sante Kang”. Kemunculan yel-yel ini sebenarnya disampaikan untuk meredamkan situasi panasnya politik
karena mulai dekatnya pemilihan umum dan pemilihan kepala desa pada pertengahan tahun 2019 itu, namun seiring berjalannya tahun masih terus dipertahankan untuk menyadarkan tentang arti pentingnya menjaga arogansi dan bersikap toleransi.
Dalam kemeriahan karnaval HUT RI ke-75 pada tahun 2020 ini, Kepala Desa Pecangakan turut menyemangati dengan hadir di tengah-tengah hiruk pikuk para pemuda. Beliau mengapresiasi pergerakan para pemuda dalam membangkitkan semangat perjuangan para penjajah dalam meraih kemerdekaannya, serta berpesan agar tetap menjaga kesehatan pada masa pandemi yang tak kunjung surut ini. OPG menjadi sekian kecil dari contoh bahwa para pemuda mampu menjadi agen perubahan menuju ke arah yang lebih baik. Eksistensinya bak oase di tengah padang tandus masyarakat yang merindukan kesegaran di buminya. “Beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan kugoncangkan dunia”. Demikian optimisnya bapak proklamator terhadap semangat segar juang para pemuda.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *