Patuhi Protokol Kesehatan, Bersama Kita Bisa Lawan COVID-19

Terhitung sejak pertengahan bulan Maret 2020, Indonesia dihebohkan dengan merebaknya virus Corona. Siapa sangka? Virus yang semula muncul di kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019 ini dapat dengan cepat menyebar ke seluruh dunia. Bahkan Indonesia yang semula aman-aman saja, kini menjadi salah satu negara yang terinfeksi virus ini. Virus Corona, atau biasa disebut dengan COVID-19, merupakan penyakit yang disebabkan oleh severe acute respiratory syndrome corona virus 2atau SARS-CoV-2 yang menyerang sistem pernafasan manusia [1]. Pada beberapa kasus, memang hanya menyebabkan gangguan ringan pada sistem pernafasan saja. Namun, tak sedikit pula orang-orang yang terinfeksi virus ini mengalami infeksi paru-paru berat, bahkan hingga kematian. Status “pandemi” pun disematkan. Menurut juru bicara pemerintah untuk penanganan Virus Corona, Achmad Yurianto sendiri menyampaikan bahwa status “pandemi” yang disematkan oleh WHO (World Health Organization), karena penyakit ini dapat menyerang siapa saja dan belum diketahui pasti karakteristiknya, penyakit ini juga menjangkit banyak negara di waktu yang bersamaan, disertai adanya jejak epidemiologinya.[2] Kurang lebih sudah tiga bulan ini sejak merebaknya pandemi COVID-19, telah membuat hampir seluruh tatanan masyarakat menjadi berubah. Sektor kesehatan bukanlah satu-satunya yang terdampak akibat adanya pandemi COVID- 19 ini. Sektor ekonomi, pariwisata, pemerintahan, hingga sektor pendidikan juga turut terdampak. Efek domino yang disebabkan oleh pandemi COVID-19 ini memang tidak main main.

Disektor ekonomi sendiri, pandemi COVID-19 ini telah membuat perekonomian di Indonesia luluh lantah. Hal tersebut, dapat kita lihat sendiri dengan banyaknya perusahaan yang terpaksa memberhentikan karyawannya untuk dapat memangkas ongkos produksi.Banyaknya pemberhentian karyawan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan akhirnya membuat angka pengangguran yang ada di Indonesia semakin meningkat, dengan meningkatnya pengangguran dan rendahnya daya beli masyarakat yang ada, tentu saja membuat nilai rupiah juga terus menurun. Selain itu, sektor pariwisata yang menjadi salah satu penyumbang devisa negara turut terdampak dengan adanya peraturan travel banned atau larangan untuk bepergian ke luar negeri yang di berlakukan di beberapa negara, termasuk Indonesia [3]. Hal tersebut membuat jumlah wisatawan di sejumlah obyek wisata menurun drastis, terutama jumlah wisatawan asing.

Sektor kesehatan merupakan sektor yang sudah pasti terdampak dan merasakan secara langsung dampak dari pandemi COVID-19 ini. Karena, di sektor ini para petugas medis baik dokter, perawat dan pekerja lain yang turut menunjang sektor kesehatan, dituntut harus cekatan dalam menangani jumlah pasien COVID-19 yang terus meningkat. Padahal, jumlah tenaga medis yang ada di seluruh indonesia dan fasilitas yang ada di tiap rumah sakit berbeda-beda. Selain sektor kesehatan, ternyata sektor pemerintahan dan pendidikan juga ikut merasakan dampaknya. Pandemi COVID-19 ini membuat beberapa acara yang telah disiapkan oleh pemerintah ditunda atau diundur pelaksanaannya, serta terdapat perubahan-perubahan lain seperti, pertemuan ataupun rapat yang biasanya dapat dilaksanakan secara langsung, menjadi harus diadakan secara virtual. Di sektor pendidikan juga demikian, pandemi COVID-19 telah membuat sistem pembelajaran dari mulai SD hingga Perguruan tinggi berubah. Seperti, penyampaian pembelajaran yang terpaksa dilakukan secara daring, UN yang akhirnya ditiadakan, sistem PPDB yang berubah, prosesi sidang skripsi dan wisuda yang harus dilakukan secara daring, serta beberapa program, maupun praktikum perkuliahan yang harus dilaksanakan dengan cara berbeda. Seperti misalnya pelaksanaan KKN yang disesuaikan dengan keadaan dan disesuaikan dengan kebijakan masing-masing universitas atau perguruan tinggi.

Memang banyak sekali sektor yang terdampak akibat adanya pandemi COVID-19 ini. Bahkan, dampak negatif COVID-19 ini tak hanya terlihat di kota-kota besar saja, dampak negatif tersebut juga sangat terlihat dengan jelas di desa saya, Desa Taman, Kecamatan Taman, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Sejak pandemi COVID-19 ini merebak, tak sedikit dari masyarakat Desa Taman yang terdampak secara ekonomi, dan merembet ke permasalahan lainnya. Kebanyakan dari mereka yang mengalami ini adalah buruh pekerja lepas, serta para pedagang yang hasil penjualannya tidak menentu. Saya melihat langsung ketika saya sedang melaksanakan KKN tematik COVID-19 di kantor desa Taman, hampir setiap hari ada saja warga yang meminta surat terdampak COVID. Surat tersebut, dibuat agar mereka mendapatkan keringanan penundaan pembayaran kredit, dan untuk mendapatkan bantuan sebagai masyarakat yang terdampak COVID-19. Dampak ekonomi yang dirasakan masyarakat Desa Taman juga merembet ke sektor kesehatan baik secara fisik maupun psikis, beberapa warga Desa Taman yang sempat bercerita dengan saya mengatakan, bahwa mereka merasa tertekan di kondisi yang serba sulit seperti saat ini.

Sektor pendidikan pun juga ikut terdampak, siswa- siswi SD, SMP ,dan SMA yang semula belajar seperti biasa kini harus melakukan pembelajaran secara daring. Masalah pun mulai muncul disini, karena mereka memerlukan biaya tambahan yang dikeluarkan untuk membeli paket internet ataupun memasang jaringan wifi untuk dapat mengakses aplikasi-aplikasi pendidikan dan mengerjakan tugas-tugas sekolah, terlebih yang menjadi masalah disini adalah, tidak semua keluarga mampu untuk membeli paket internet ataupun pemasangan wifi. Di Desa Taman, suasana Ramadhan hingga Idul Fitri terasa sangat berbeda, biasanya setiap hari masyarakat melakukan tarawih berjamaah dengan khuyu’, tenang dan tanpa hambatan apapun. Namun, tahun ini Shalat Tarawih berjamaah dilakukan dengan beberapa aturan sesuai dengan protokol kesehatan dengan menjaga jarak dan mengenakan masker. Banyak diantara warga desa Taman, akhirnya lebih memilih untuk melakukan Shalat Tarawih berjamaah dirumah agar lebih aman. Hal tersebut, juga terjadi saat Shalat Idul Fitri. Momen Idul Fitri pun terasa tidak se-sepesial biasanya, karena tidak ada momen silaturahmi dari rumah ke rumah.

Dampak yang ditimbulkan dari COVID-19 ini memang sangat kompleks. Namun, meskipun demikian pemerintah telah mengupayakan beberapa peraturan dan strategi yang harus diterapkan oleh seluruh provinsi, kabupaten dan desa, serta wajib dipatuhi oleh seuruh masyarakat Indonesia. Saat ini, pemerintah telah kembali menerapkan aturan baru berupa aturan New Normal atau aturan Menuju Normal baru yang mulai diterapkan pada tanggal 5 Juni 2020, aturan tersebut dikeluarkan dengan tujuan agar masyarakat dapat produktif dan dapat melakukan kegiatan sehari-hari dengan tetap mengikuti aturan protokol kesehatan dan adaptasi kebiasaan baru.

Aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah tersebut juga telah diterapkan secara maksimal oleh desa Taman, seperti membuat posko satgas COVID- 19 yang dibuat untuk warga desa Taman agar melapor, apabila terdapat keluarga yang tetap pulang kampung untuk dicatat, melakukan sosialisasi mengenai COVID-19 dan protokol kesehatan yang harus dilakukan, melakukan pencatatan warga desa Taman yang terdampak COVID, serta pemberian bantuan berupa Bantuan Langsung Tunai Dana Desa (BLT DD), Bantuan Pangan Non Tunai, bantuan dari Kabupaten, dan bantuan dari Provinsi yang diberikan bagi warga kurang mampu dan terdampak COVID.

Dimasa New Normal seperti saat ini, aktifitas serta perekonomian warga desa Taman lambat laun pulih. Hal tersebut saya lihat sendiri dari hasil kunjungan saya ke beberapa UMKM yang ada di desa Taman, yakni Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Tunas Puyuh, dan UMKM cucur milik pak Warsito yang terletak di Dusun Bandelan RT 05/RW 07, desa Taman. Menurut keterangan salah satu anggota KUBE Tunas puyuh, memang dimasa awal pandemi di pertengahan Maret hingga sekitar akhir April mereka sempat terkendala dalam hal mendapatkan pakan untuk burung puyuh, hal tersebut sangat menggangu proses perawatan burung puyuh agar dapat bertelur dengan maksimal. Sedangkan menurut pak Warsito, pemilik UMKM kue cucur, di awal pandemi usahanya sempat mengalami penurunan penjualan. Biasnya beliau bisa menjual sekitar 2000 kue cucur dalam sehari, namun kemarin dimasa awal pandemi sekitar pertengahan Maret hingga akhir April mengalami penurunan hingga 1300 kue cucur saja per hari. Namun di masa peralihan Adaptasi Normal Baru atau New Normal ini kendala yang mereka hadapi perlahan berkurang, dan jumlah penjualan perlahan meningkat seperti biasanya. Namun meskipun demikian, penerapan New Normal ini tidak dapat maksimal apabila kita sebagai masyarakat tidak menuruti aturan sesuai dengan protokol kesehatan yang ada. Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama patuhi protokol kesehatan dan anjuran New Normal dengan baik sesuai dengan aturan pemerintah, saya yakin dengan mematuhi protokol kesehatan yang ada dan dibarengi dengan menjaga pola hidup yang sehat kita bisa lawan COVID-19.

[1]World Health Organization, “What Is COVID-19” , dari :

https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/question-and-answers-hub/q-

a-detail/q-a-coronaviruses, diakses pada 27 Juni 2020 .

 

[2]Dani Prabowo, Rakhmat Nur Hakim, “Penjelasan Achmad Yurianto soal Status Pandemi Virus

Corona” dari: https://nasional.kompas.com/read/2020/03/12/20262791/penjelasan-achmad[1]

yurianto-soal-status-pandemi-virus-corona, diakses pada 27 Juni 2020.

 

[3]CNN Indonesia “Daftar Negara yang Terapkan Travel Ban Akibat Virus Corona” dari:

https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20200316113353-269-483777/daftar-negara-yang[1]

terapkan-travel-ban-akibat-virus-corona, diakses pada 27 Juni 2020.

Oleh: Febria Nur Kirani Mukti

Prodi Hubungan Internasional, Universitas Jenderal Soedirman

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *