Pecangakan Desa Produktif Nan Agamis

Pecangakan adalah nama salah satu desa di Kecamatan Comal. Terletak di ujung paling Selatan wilayah Comal dengan berbatasan langsung dengan desa Pendowo yang merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Comal. Kecamatan Comal sendiri dapat dikatakan sebagai bagian dari Kabupaten Pemalang yang terletak di pojok Tenggara mengingat wilayahnya yang bersentuhan langsung dengan Kecamatan Siwalan di bagian Timurnya yang masuk sebagai bagian dari Kabupaten Pekalongan. Pecangakan terbagi atas empat dusun, yakni dusun Pecangakan, dusun Gintung, dusun Butak, dusun Sijambu. Secara kelembagaan, Pecangakan memiliki 5 RW (Rukun Warga) dan 35 RT (Rukun Tetangga). Jumlah penduduk Desa Pecangakan pada akhir tahun 2014 adalah 7.503 jiwa terdiri dari 3.807 jiwa laki-laki dan 3.696 jiwa perempuan sebagaimana disampaikan oleh Wikipedia.

Pecangakan dapat dikatakan sebagai desa berkembang yang cukup terpelajar ditinjau dari banyaknya lembaga intansi pendidikan dan antusiasme pemudanya yang cukup tinggi dalam meniti karir pendidikan ke jenjang tinggi. Terdapat tiga titik lokasi sekolah dasar negeri di Pecangakan, sebuah sekolah menengah pertama dan satu sekolah menengah atas berbasis agama yang keduanya dikelola secara swasta serta dapat dikatakan masih baru berdiri. Kebanyakan pemudanya masih berkiblat ke sekolah menengah atas atau pun kejuruan di pusat kecamatan Comal sendiri, kecamatan tetangga atau bahkan ke kabupaten Pekalongan yang potret lulusannya sudah jelas memiliki potensi yang baik diterima di lapangan kerja.

Selain pendidikan umum, Pecangakan memiliki banyak intansi pendidikan agama Islam, berupa Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) yang sudah memiliki gedung tersendiri maupun yang masih diselenggarakan secara individual di rumah-rumah, Madrasah Diniyah serta Pondok Pesantren. Tidak heran jika Pecangakan dikenal sebagai desa yang masyhur kereligiusannya. Hampir di setiap dusunnya terdapat majlis taklim, baik yang beranggotakan anak-anak, ibu-ibu maupun bapak-bapak. Bahkan hampir di setiap RT-nya berdiri musholla. Setiap dusun di Pecangakan bahkan hampir seluruhnya memiliki grup pemuda hadrah. Semangat para pemuda itu turut membawa kebanggaan tersendiri bagi orang tuanya.

Harga makanan, baik masih berupa bahan mentah maupun siap saji di Pecangakan masih tergolong rendah dibandingkan harga-harga di kota besar karena mereka mampu memenuhi komoditasnya secara mandiri. Hal ini disebabkan mayoritas penduduk di sana yang masih setia menjadikan tampuk kehidupannya pada sektor agraria, baik penanaman padi maupun palawija. Keberadaan banyak proyek penanaman bahan makanan pokok ini turut memberi kesempatan bagi beberapa oknum untuk mendirikan usaha jual beli pupuk dan obat tanaman. Selama ini harga pupuk dan obat tanaman masih dirasakan tinggi, apalagi jika dibandingkan dengan hasil panen yang sering kali tidak sesuai harapan.

Dari areal persawahan, tidak sedikit petani yang membentuk kelompok produksi batu bata dengan memanfaatkan sebagian petak sawah. Harga sebuah batu bata jadi untuk sekarang ini telah berkisar pada angka Rp. 1.000,-. Pembuatan batu bata sendiri melalui beberapa proses yang cukup panjang, meliputi pengelutan tanah, pencetakan dan pengeringan, pengerikan, pembakaran hingga pengangkutan kepada konsumen, sehingga membutuhkan banyak tenaga. Demikian juga dalam proses penanaman padi. Hal ini turut membuka kesempatan lapangan pekerjaan bagi penduduk Pecangakan sendiri, meskipun dengan upah yang tidak besar.

Selain di areal sawah, kondisi tanah yang subur menjadikan Pecangakan mampu memiliki cukup banyak jenis tanaman, baik berupa sayur maupun buah-buahan, baik di kebun maupun pekarangan. Dalam sektor dijumpai cabai, terong, kacang-kacangan dan sayur-sayuran yang bisa bertahan hidup di dataran rendah. Sementara di sektor buah ditemukan berbagai jenis pisang, mangga, rambutan dan kelapa, yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup perindividual maupun dijual ke pasaran.

Selain sebagai penghasil hasil alam, Pecangakan juga dikenal aktif dalam dunia industri makanan, terutama pembuatan kerupuk. Berdiri banyak rumah-rumah yang menjadi pusat produsen kerupuk di seantero dusun Gintung dan Pecangakan. Hingga saat ini pemasaran kerupuk telah memasuki pasaran di beberapa kabupaten tetangga. Pengepakannya masih dilakukan secara manual, sehingga melibatkan banyak karyawan yang biasanya berasal dari kalangan ibu-ibu. Inovasi bentuk dan rasa yang baru dengan tetap mempertahankan aromanya yang khas kiranya akan mampu mendongkrak produksi kerupuk Pecangakan menjadi lebih besar dan diminati lebih banyak orang. Selain kerupuk, ada juga bisnis pembuatan makanan ringan lainnya, berupa kue sagon. Bahkan sekarang bermunculan produksi kue-kue basah dan makanan katering yang telah memanfaatkan jasa pemasaran dari media sosial online.

Selain makanan, Pecangakan juga memiliki beberapa pusat industri pakaian jadi yang masih menempati rumah penduduk yang disewakan dan kemudian dijadikan sebagai pusat industri garmen. Bagi sebagian ibu-ibu rumah tangga cukup kesusahan untuk meninggalkan rumah, sehingga mereka lebih memilih mempunyai mesin jahit sendiri yang mendapatkan pasokan bahan kain dari garmen, selain karena tidak direpotkan dengan datang ke garmen dan tidak memiliki ketergantungan waktu, mereka juga dimudahkan dalam mengkreasikan keahlian menjahitnya untuk kebutuhan pribadi maupun sesuai permintaan tetangga.

Beberapa jenis produksi dan industri yang berdiri dan menjamur di Pecangakan ini tentu perlu mendapatkan dukungan dari pemerintah dan managerial yang lebih matang, sehingga nilai keuntungannya lebih jelas dan tertata. Harapannya keberadaan banyak usaha-usaha kecil mandiri yang ada di Pecangakan mampu mensejahterakan seluruh warga masyarakat di Pecangakan. Proses pemenuhan kebutuhan hidup semacam ini tentu dirasakan lebih membawa dampak kemanfaatan yang lebih besar dalam sistem kehidupan jika disertai dengan geliat keagamaan yang mumpuni, sehingga tercapai masyarakat Pecangakan yang tidak hanya tercukupi kebutuhan jasmaninya, melainkan juga kebutuhan rohaninya. Seluruh proses kehidupan yang ada dimaksudkan dalam pembentukan Pecangakan yang nyaman. Amin.

BIOGRAFI PENULIS

Nama lengkapnya Muhammad Zakki bin Muhtar. Beralamatkan rumahnya di dusun Gintung, desa Pecangakan, kecamatan Comal, kabupaten Pemalang, provinsi Jawa Tengah. Pendidikan dasar hingga menengahnya telah ia lahap di kota kelahirannya hingga akhirnya kedua orang tuanya berserikat untuk membuangnya di Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah, Jln. Kedinding Lor no. 99, Surabaya dan kini ia menduduki bangku kuliah semester akhir Ma’had Aly Al Fithrah dan Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al Fithrah. Bakat tulis menulisnya telah nampak pada saat ia duduk di bangku kelas satu SD. Waktu itu tulisannya berkisar pada cerita tentang Budi yang dicontohkan oleh gurunya di papan tulis. Hingga saat ini kumpulan tulisannya masih tersimpan rapi di arsip pribadinya. Untuk dapat menjalin silatur rahmi dengannya bisa dengan datang ke alamat rumah atau almamaternya sekarang atau juga dengan menghubunginya lewat media online, bisa di akun Facebook: Zakki Muhammad, Instagram di @mh_zakki dan twitter: @femalanjy ataupun email: zakkielfemalanjy@gmail.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *