Pembangunan Karakter dan Pola Pikir Masyarakat Desa

Berbicara mengenai Potensi dan pembangunan suatu desa tentu tak terlepas dari Sumber daya manusia nya atau dalam hal ini masyarakat desa. Memang tidak bisa di pungkiri bahwa pembangunan desa memerlukan beberapa unsur penting seperti alokasi dana, kebijakan pemerintah daerah dan lain sebagainya. Beberapa hal tersebut tentu sangat di perlukan untuk membangun  suatu desa seperti pembangunan infrastrukutur jalan/jembatan desa, pembangunan sarana olahraga, ataupun yang sedang trend saat ini yaitu pembangunan tempat – tempat rekreasi kekinian di desa atau yang kita kenal dengan istilah desa wisata.

Namun taukah kamu? Tidak sedikit dari pembangunan – pembangunan tersebut cenderung berjalan kurang efektif. Contoh saja pembangunan jalan desa yang tidak tahan lama (Belum ada satu tahun sudah rusak) ataupun pembangunan – pembangunan lain yang terbengkalai dan terkesan hanya buang – buang anggaran. Tentu hal ini dapat memberi dampak yang kurang baik bagi desa itu sendiri. Namun jika kita berbicara mengenai suatu Desa, sebenarnya ada satu hal mendasar yang bisa dikatakan paling penting dan sangat berpengaruh untuk kehidupan dan kemajuan suatu desa, yaitu  Warganya atau Masyarakat desa itu sendiri.

Kali ini saya mencoba melihat pembangunan desa dari sudut pandang yang berbeda. Iya,  Warga atau Masyarakat desa menjadi unsur penting dalam pembangunan suatu desa. Jika kita cermati berkembang tidaknya suatu desa, ramai tidaknya suatu desa pada dasarnya bergantung pada warga desanya sendiri. Untuk itu jika di tanya pembangunan apa yang paling di butuhkan di desa? Tentu saya akan menjawab dengan tegas Pembangunan karakter dan pola pikir masyarakat desa.

Maulidan di Desa Sumurkidang

Di desa saya tepatnya Dusun Wangkaldoyong, Desa Sumurkidang (yang masih termasuk wilayah Kecamatan Bantarbolang, Kabupaten Pemalang) merupakan suatu desa kecil yang sejuk dimana di sepanjang desa masih banyak terdapat pepohonan yang rindang dan hamparan sawah yang begitu luas. Satu hal yang menarik perhatian saya di desa ini adalah perubahan karakter dan pola pikir masyarakatnya. Dulu wangkaldoyong terkesan seperti desa yang sepi dengan jarangnya kegiatan – kegiatan yang di lakukan oleh warga setempat. Kebanyakan dari pemuda dan orang tua desa wangkaldoyong lebih memilih pergi merantau ke luar kota untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, imbasnya kehidupan di desa pun menjadi cenderung sepi, kalaupun ramai juga hanya pada momen tertentu seperti, lebaran dan tahun baru.

Namun sekarang kehidupan masyarakat desa ini seolah berubah, hal ini di tandai dengan banyaknya kegiatan – kegiatan positif yang mulai menjamur di masyarakat desa wangkaldoyong. Contohnya saja dari sisi pendidikan anak usia dini, di desa kecil ini terdapat 2 sarana pendidikan anak yaitu Taman kanak – kanak (TK) dan TPQ/MDA. Dua sarana pendidikan yang dulunya sepi itu kini sudah ramai dengan murid / anak didik yang kebanyakan dari dusun wangkaldoyong, Jika kita ke desa ini di pagi hari kita akan di suguhkan pemandangan anak – anak TK yang seringkali belajar keluar mengenal lingkungan seperti berjalan mengunjungi peternakan kambing, belajar bagaimana kambing itu hidup sekaligus belajar memberi makan nya, kemudian belajar mengenal tumbuhan seperti padi, singkong dengan cara membawa anak – anak TK tersebut ke persawahan/perkebunan desa serta masih banyak lainnya. Dan yang tak kalah menarik tentu kondisi TPQ/MDA yang sekarang telah ramai oleh anak – anak yang ingin belajar pendidikan agama, jika kita ke desa ini pada sore hari kita akan menyaksikan anak – anak TPQ/MDA belajar dengan bahagianya, satu hal yang membuat hati saya bergetar adalah sebelum pulang di depan sekolah TPQ/MDA anak – anak yang masih berusia sekitar 4 – 8 tahun itu berbaris dan bersama – sama menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Yalal wathon (lagu yang identik dengan Nahdotul Ulama/NU). Bagaimana tidak, untuk anak seusia itu banyak yang sudah hafal dan dengan semangatnya menyanyikan kedua lagu Perjuangan tersebut. Dari sini saya melihat ada suatu pembangunan karakter sejak usia dini yang coba di terapkan oleh para ustadz / guru meraka yang merupakan para warga desa wangkaldoyong. Mereka ingin agar anak – anak dusun wangkaldoyong menjadi anak – anak yang terdidik, cerdas dan cinta pada tanah air sehingga anak – anak tersebut dapat menjadi generasi penerus bangsa yang dapat di banggakan di kemudian hari.

Tak cukup hanya di situ di luar pendidikan formal pun anak – anak juga di biasakan untuk bermasyrakat, seperti setiap malam jumat ada kegiatan rutinan Yasinan & Tahlil. Jika di desa lain Yasin & tahlil biasanya hanya di lakukan oleh orang tua maka di Wangkaldoyong anak – anak pun sudah di biasakan untuk Yasinan & Tahlil sejak usia dini, bahkan di desa yang mayoritas Warganya NU ini Yasinan anak – anak di bagi dua, yaitu jemaah anak laki – laki dan jemaah anak perempuan. Dengan adanya kegiatan tersebut secara tidak langsung anak – anak dapat saling berinteraksi secara langsung satu sama lain yang mana tentu hal ini merupakan hal yang sangat positif mengingat sekarang dengan kemajuan teknologi tak sedikit anak yang hanya mengurung diri di rumah sambil memainkan gadgetnya..

Acara Halal Bi Halal Desa Sumurkidang

Kemudian dari sisi anak – anak yang beranjak remaja hingga dewasa pun kini memiliki kegiatan rutinan yang tak kalah menarik, yaitu Maulidan. Ya maulidan merupakan kegiatan spirutual yang di lakukan di bulan maulid untuk memperingati maulid Nabi Muhammad SAW, yang juga sekaligus di maksudkan untuk meningkatkan rasa cinta pada Nabi. Namun  istimewanya di dusun Wangkaldoyong Kegiatan Maulidan bersama tidak hanya di lakukan ketika datangnya bulan maulid, tetapi di setiap bulan satu minggu sekali. Kegiatan ini di lakukan di mushola – mushola desa seperti di Rt saya Rt 19 Maulidan di laksanakan setiap malam sabtu, kemudian Rt 18 yaitu setiap malam selasa dan Rt 17 setiap malam kamis. Dapat di bayangkan bagaimana pemandangan itu dapat kita lihat dan dengar hampir setiap hari yang tentu saja membuat desa ini menjadi lebih berwarna dengan maulidan dan lantunan sholawat yang  terus di kumandangkan dengan semangat dan rasa cinta kepada nabinya.

Dari sisi organisasi kemasyarakatan pun di wangkaldoyong terdapat IPNU (Ikatan Pelajar Nahdhotul Ulama) dan IPPNU (Ikatan Pelajar Putri Nahdhotul Ulama) yang aktif menjalankan kegiatannya, bahkan dari wadah itu juga terbentuk dua Grup Hadroh & Majelis Sholawat  yang tentunya menambah nilai Plus dan Kesyemarakan dusun Wangkaldoyong. Selain itu tak hanya tentang organisasi kegamaan, organisasi lain pun juga hidup di desa ini seperti karang taruna dan tentunya panitia Lomba hari kemerdekaan atau kami seringkali menyebutnya panitia agustusan. Dimana panitia yang mayoritas para pemuda ini setiap tahun dengan konsisten bersama – sama berusaha meraimakan dan menyemarakan desa ini di hari ulang tahun Republik Indonesia.

Dari beberapa kegiatan tersebut tentu akan semakin meningkatkan kebersamaan dan rasa kekeluargaan antar warga desa khususnya untuk para anak – anak dan pemuda desa. Tentu hal – hal tersebut membuat saya seringkali tersenyum kecil dan berfikir bahwa benar kata orang kebahagiaan itu kita yang menciptakan sendiri. Atau jika saya tafsirkan ke dalam kehidupan desa, saya baru menyadari ternyata memang tidak begitu penting berlomba – lomba membangun bangunan yang banyak di desa, tidak juga terlalu penting untuk memaksakan desa kita harus punya ini itu, atau bahkan barangkali tidak perlu juga untuk membanding – bandingkan desa kita dengan desa lain yang lebih maju. Tetapi satu hal yang paling sederhana namun begitu penting ialah Kebahagian desa dapat tercipta dari kebersamaan dan rasa kekeluargaan yang terjalin erat antar warga desa itu sendiri. Dan dari sudut pandang saya cara paling bijak untuk mewujudkan itu semua adalah dengan membangun karakter dan merubah pola pikir masyarakat desa ke arah yang lebih positif, yaitu sejak dini terutama kepada anak – anak generasi penerus bangsa atau anak – anak generasi penerus desa. Karena dari setiap kegiatan – kegiatan positif yang mereka lakukan bersama tentu akan meningkatkan Kualitas SDM (sumber daya manusia) desanya serta pada akhirnya dapat memberi dampak yang positif bagi kelangsungan dan kemajuan Desa mereka.

Kiriman dari Mugni Aziz

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *