Kami lahir di sebuah desa yang di kelilingi dengan hutan perhutani. Hutan yang tak lain pula sumber mata pencaharian sebagian dari orang desa kami. Ada yang menanam jagung di bawah pohon jati yang menjulang tinggi setinggi mimpi kita yang tak pernah padam dan ada yang memanfaatkan daun dari pohon jati untuk di jual dan berharap ini bisa membeli sedikit dari mimpi kami.
Kami adalah pemuda pemudi desa yang tak lain jadi obor gagah perkasa di desa kami. Jika telepon genggam pintar mewarkan beberapa fiktur yang menggiurkan sebagian dari kami masih fokus sibuk dengan mencari rumput untuk hewan ternak mereka. Dan beberapanya sibuk dengan masakecilnya.
Pemuda desa yang gagah dengan beban yang ia pikul . di desa kami mereka juga ada yang merantau dan ada pula yang ingin merubah nasibnya dengan menjadi ABK (Anak Buah Kapal) di luar jawa bahkan luar negeri. Meski tak jarang mendengar dunia luar itu kejam. Namun, mimpi kami lebih kejam menghantam tidur nyenyak dari anak desa di tengah hutan perhutani.
Pemuda desa yang perkasa,” jangankan kamu sekantong padi saja sanggup saya pikul.” Ini adalah kalimat romantis dari ungkapan pemuda kepada wanitanya. Ini pula jadi tonggak penyemangat. Kami adalah obor gagah perkasa apapun profesi kami , kami berusaha membaik bersama.