Peran Si Jago (Sistem Jajar Legowo) Dalam Peningkatan Produktifitas Padi di Desa Kalirandu

Kalirandu adalah salah satu desa di Kecamatan Petarukan yang memiliki kode Kemendagri 33.27.10.2007. Masyarakat Desa Kalirandu umumnya bermata pencaharian sebagai petani padi. Petani padi di desa Kalirandu masih menggunakan sistem tradisional tegel dengan jarak antar tanaman 25×25 cm. Sistem tradisional tegel merupakan sistem tanam padi dengan jarak tanam yang dibentuk kotak-kotak menyerupai tegel atau ubin dengan menyusun benih padi secara Tandur (Tanam Mundur). Sistem tradisional tegel memiliki beberapa kelemahan diantaranya yakni pengurangan produktifitas padi dikarenakan hanya tanaman pinggir saja yang mendapatkan sinar matahari yang lebih banyak, jarak tanam terlalu dekat sehingga terjadi kesulitan dalam pemupukan, dan yang terakhir tingkat serangan organisme pengganggu tanaman meningkat karena jarak tanam yang kurang teratur.

Jika hal tersebut terus di biarkan produktifitas padi di desa kalirandu akan standar-standar saja atau bahkan mengalami penurunan, bermacam pilihan sistem tanam padi yang efektif saat ini sudah banyak di perkenalkan, salah satunya adalah metode Si Jago (Sistem Jajar Legowo). Jajar Legowo berasal dari bahasa jawa yakni Jajar yang artinya baris, Lego yang artinya lega atau luas dan Dowo yang artinya memanjang, jadi Sistem Jajar Legowo adalah sistem tanam jajar dimana antar barisan padi terdapat lorong yang kosong dan memanjang sejajar dengan barisan tanaman padi.

Si Jago (Sistem Jajar Legowo) merupakan rekayasa teknik tanam dengan cara mengatur jarak tanam antar rumpun dan barisan sehingga terjadi pemadatan rumpun padi dalam barisan dan melebarkan jarak antar barisan sehingga dapat memperoleh manfaat sebagai tanaman pinggir. Si Jago (Sistem Jajar Legowo) memberikan ruang tumbuh lebih longgar sekaligus populasi lebih tinggi serta mampu memberikan sirkulasi udara dan pemanfaatan sinar matahari lebih baik untuk tanaman, selain itu sistem ini memudahkan dalam pemupukan dan pengendalian hama penyakit.

Dalam perkembangannya Si Jago (Sistem Jajar Legowo) ini mulai dilaksanakan di beberapa kabupaten di Sumatra Barat seperti Kabupaten Solok, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Tanah Datar,dan Kabupaten Lima Puluh kota dengan cara melakukan kerjasama antar Dinas Pertanian, Lembaga-lembaga swasta, LSM, dan para petani yang telah bergabung dalam suatu organisasi yaitu Kelompok Tani yang tersebar di setiap Kabupaten-Kabupaten tersebut, tujuannya adalah untuk mensosialisasikan Si Jago (Sistem Jajar Legowo) agar masyarakat khususnya petani dapat melaksanakan Sistem Jajar Legowo pada lahannya masing-masing sehingga nantinya dapat memaksimalkan produktifitas padi dan meningkatkan pendapatan petani.

Sistem tanam jajar legowo dapat dilakukan menggunakan beberapa tipe jarak tanam yaitu 2:1, 3:1, 4:1, 5:1 dan seterusnya. Tetapi yang paling populer adalah jarak tanam 2:1 dan 4:1 karena pada jarak tanam ini dapat menghasilkan gabah berkualitas dan memperoleh produksi gabah yang tinggi. Jarak tanam 4:1 maksudnya adalah penanaman yang memiliki 4 barisan kemudian diselingi oleh satu barisan kosong (Lorong) dan setiap baris pinggir (benih padi yang dikosongkan untuk dibuat lorong) dimasukan ke dalam tanaman sisipan dengan jarak ½ dari jarak tanaman. Misal jaraknya 25x25cm maka jarak tanaman sisipannya adalah 25/2 cm = 12,5 cm, begitu pula pada jarak tanam 2:1 dengan 2 barisan kemudian diselingi oleh satu barisan kosong (Lorong).

Kelebihan penerapan Si Jago (Sistem Jajar Legowo) adalah: 1. Populasi tanaman padi akan meningkat sekitar 30% (Dibuktikan dengan penambahan tanaman sisipan) yang tentunya dapat meningkatkan produksi, 2. Penggunaan pupuk lebih efisien karena pupuk hanya diberikan pada bagian dalam tanaman yang ada pada barisan, 3. Dengan Si Jago (Sistem Jajar Legowo) akan menambah kemungkinan barisan tanaman untuk mengalami efek tanaman pinggir Semakin banyak bagian tanaman terkena sinar matahari maka proses fotosintesis akan semakin tinggi sehingga mengoptimalkan proses pertumbuhan dan produksi, 4. lorong atau barisan kosong akan memudahkan petani dalam melakukan pemeliharaan seperti pemupukan, pengendalian hama penyakit dan penyiangan (mencabut gulma yang berada diantara sela-sela tanaman pertanian dan penggemburan tanah), 5. Lahan sawah menjadi lebih terbuka dan tikus tidak menyukai lingkungan seperti ini sehingga meminimalkan serangan hama tikus, 6. Karena jarak tanam yang lebar dibandingkan sistem tradisional tegel maka kelembaban dalam pertanaman akan berkurang sehingga meminimalkan timbulnya hama atau penyakit akibat kelembaban tinggi, 7. Estetika tanaman menjadi lebih menarik.

Dengan pengelolaan Si Jago (Sistem Jajar Legowo) secara maksimal diharapkan dapat meningkatkan produktifitas padi di Desa Kalirandu, upaya yang harus dilakukan pemerintah Desa Kalirandu adalah :

1. Membuat kelompok tani yang terorganisir, di harapkan kelompok tani dapat dijadikan wadah komunikasi antar petani serta pemberdayaan masyarakat Desa Kalirandu mengenai Si Jago (Sistem Jajar Legowo) dalam peningkatan produktifitas padi di Desa Kalirandu,

2. Memberikan edukasi kepada masyarakat Desa Kalirandu mengenai pentingnya pengolahan hasil padi (panen) secara mandiri, miris melihat para petani yang menjual hasil panennya kepada pengepul dengan harga yang relatif murah padahal padi atau beras merupakan sumber makanan pokok dan menjadi komoditas strategis secara ekonomi. Harapannya pemerintah Desa Kalirandu memberikan solusi mengenai hal tersebut sehingga nantinya Desa Kalirandu menjadi desa yang mandiri dengan perekonomian yang maju, selain itu adanya 3 tempat penggilingan beras di Desa Kalirandu dapat memudahkan para petani dalam pengolahan padi atau gabah menjadi beras secara cepat.

3. Pemerintah Desa Kalirandu diharapkan melakukan pendampingan baik online maupun offline dalam penerapan Si Jago (Sistem Jajar Legowo), misalnya:

a. Secara Online

1. Membuat Website Desa, yang bertujuan memberikan informasi secara online mengenai bagaimana penerapan Si Jago (Sistem Jajar Legowo) yang benar, selain itu pembuatan website desa berguna sebagai sumber informasi desa.

2. Dengan menggunakan online forms pemerintah Desa Kalirandu dapat melakukan penelitian-penelitian seperti halnya pelaporan hasil panen dengan menggunakan Si Jago (Sistem Jajar Legowo) secara periodik, keluhan-keluhan petani dalam penerapan Si Jago (Sistem Jajar Legowo), dan lain sebagainya yang nantinya hasil penelitian tersebut dapat dijadikan acuan untuk menghasilkan data yang berisi solusi-solusi efektif untuk kemajuan pertanian di Desa Kalirandu,

3. Membuat grup diskusi secara online mengenai Si Jago (Sistem Jajar Legowo) yang berfungsi sebagai ruang diskusi dan sumber berbagi informasi secara online sehingga pada penerapannya penanya dapat mengetahui secara cepat tanpa harus menemui sang responden atau orang-orang yang memberi tanggapan atas pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh penannya.

4. Pemerintah Desa Kalirandu di haruskan memiliki akun-akun media sosial yang berfungsi sebagai sumber informasi mengenai Si Jago (Sistem Jajar Legowo) dan sumber komunikasi antara pemerintah desa dan masyarakatnya mengenai tantangan dan hambatan dalam penerapan Sistem Jajar Legowo.

5. Pemerintah Desa Kalirandu bersama pemuda-pemudanya diharapkan dapat membuat sebuah aplikasi berbasis android tentang Si Jago (Sistem Jajar Legowo), yang berisikan informasi mengenai apa itu Si Jago (Sistem Jajar Legowo), dan bagaimana cara penanaman dengan sistem jajar legowo, apa saja hambatannya dan apa saja kelebihan dan kekurangannya.

b. Secara offline

Pemerintah Desa Kalirandu dapat secara langsung memberikan sosisalisasi kepada masyarakat Desa Kalirandu khususnya petani dalam penerapan Si Jago (Sistem Jajar Legowo), menerima keluhan-

keluhan dari masyarakat dan memberikan solusi yang efektif dari keluhan tersebut, serta menjalin kerjasama dengan ikatan dinas dan lembaga-lembaga yang berkecimpung di bidang pertanian dan bidang kemajuan desa.

DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia, ” Kalirandu, Petarukan, Pemalang ”, dari: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kalirandu,_Petarukan,_Pemalang, diakses pada 31 Oktober 2020

Didi Sopyan, ” Tandur (Sistem Tanam Padi Warisan Kolonial Jepang) ” dari: https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/nickysapoetra/tandur-sistem-tanam-padi-warisan-kolonial-jepang_551a04ea813311877c9de127, diakses pada 31 Oktober 2020 1001caramenanam.com, “ Sistem Tanam Padi Di Indonesia “ dari: http://1001caramenanam.com/sistem-tanam-padi-di-indonesia/#:~:text=Sistem%20tanam%20tegel%20merupakan%20sistem,30%20x%2030%20cm%2C%20dll, diakses pada 3 Oktober 2020 repository.usu.id, “ Chapter 1 “ dari: https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/61505/5/Chapter%2520I.pdf&ved=2ahUKEwjL2JzfqdzsAhWVbX0KHV08DqsQFjABegQIBxAF&usg=AOvVaw0cF0_6-8dg1AFs56sSH5-B&cshid=1604061751415, diakses pada 31 Oktober 2020 Ahmad Ridha, Sulaiman, “ Analisis Pendapatan Petani Padi pada Sistem Jajar Legowo dan Sistem Tanam Tradisional (Studi Kasus Pada Kampung Matang Ara Jawa Kec.Manyak Payed “, dari: https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://ejurnalunsam.id/index.php/jse/article/download/1150/964%23:~:text%3Dbaris%2520tanaman%2520tengah.,Jarak%2520tanam%2520adalah%252020%2520cm%2520, diakses pada 31 Oktober 2020

Wikipedia, “ Penyiangan “ dari: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Penyiangan#:~:text=Penyiangan%20merupa

kan%20suatu%20kegiatan%20mencabut,bisa%20dicapai%20oleh%20tanaman%20produksi, diakses pada 31 Oktober 2020

torajafarmer.wordpress.com, “ Sistem Tanam Padi:Jajar Legowo “ dari: https://www.google.com/amp/s/torajafarmer.wordpress.com/2018/05/16/sistem-tanam-padi-jajar-legowo/amp/, diakses pada 31 Oktober 2020

Perkenalkan Nama saya Rama purnama sidi, lahir di Pemalang 20 Maret tahun 2000, saya bertempat tinggal di Desa Kalirandu Rt 08 Rw 03 Kec.Petarukan Kab.Pemalang, berprofesi sebagai mahasiswa di IAIN Pekalongan Jurusan Tadris Matematika Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *