Ragam Potensi Desaku

Begitu saya mendengar kata “potensi desa,” entah kenapa pikiran saya lansung tertuju untuk mengulas perihal ekonomi, namun setelah jeda sejenak, saya pikir-pikir lagi tidak cukup hanya mengulas perihal ekonomi saja, sebab di desa saya dan mungkin juga di desa yang lain para leluhurnya dulu sudah mewanti-wanti “mangan ora mangan sing penting kumpul.” Berangkat dari pijakan petuah leluhur itulah pelan-pelan saya akan mulai menceritakan tentang potensi desa, dengan perspektif sebagaimana adanya.
Desa saya bernama Desa Kalimas, secara geografis ia terletak di Kecamatan Randudongkal, Pemalang, Jawa Tengah. Mayoritas penduduknya dulunya bermata pencaharian sebagai petani, karena Desa Kalimas di kelilingi banyak sungai. Kalimas terbagi menjadi tiga RW (Rukun Warga) RW 1 dan RW 2 terletak di Kalimas, sedangkan RW 3 di Dukuh Kertadita.
Asal muasal dinamakan desa Kalimas konon katanya leluhur Desa Kalimas melihat ikan mas besar yang besarnya kurang lebih sebesar bantal tidur disungai kecil sebelah barat masjid Al-Mujahidin. Nenek saya1 juga mengatakan hal yang serupa bertalian dengan sejarah Desa Kalimas sewaktu saya kecil, cerita tentang sejarah tersebut sudah mashur di telinga kami orang Kalimas.
Adapun potensi SDM (Sumber Daya Manusia) Desa Kalimas sudah sangat mampu untuk membangun suprastruktur di desanya. Sebab lembaga pendidikan di Kalimas dapat dibilang lengkap terdapat 2 TK, 3 SD Negeri, 3 MI Salafiyah, 1 SMP N 2, 1 MTs Salafiyah dan 1 MA AL-MIZAN. Selain itu sudah mulai banyak yang sudah mengenyam pendidikan di perguruan tinggi.
Pusat pengajaran keagamaan pun cukup lengkap dengan adanya PONPES Miftahul Mutallimin, TPQ salafiyah, Madrasah Diniyah, TPQ Qoma dan berbagai pusat-pusat pengajian lainnya. Kalimas terdiri dari komplek-komplek karang taruna sebagai berikut: Arekap, Arduka, Arjen, Arjuna, Armada, Arkomas, ARK, Aregal, Arista, Remojong.
Buah dari pergulatan di sekolah, perguruan tinggi dan bekal pendidikan keagamaan sejak dari dini tentunya akan menghasilkan output dan out come yang baik, Terbukti dengan adanya beberapa orang pemuda yang mendirikan sekaligus menjadi pegiat sebuah komunitas, sebut saja namanya komunitas “sahabat Kalimas,” yang bergerak dibidang pendidikan dan literasi. Mungkin dampaknya masih berskala mikro, namun jika para pemudanya sangat peduli dengan generasi yang ada di bawahnya, dengan melakukan pembinaan dan membekali kretifitas dibidang litetasi. Tentu akan menjadi angin segar masa depan dan menciptakan para intelektual insani generasi mendatang.

Lebih lanjut di bidang kesenian, di desa Kalimas ada kesenian kuda lumping yang terletak di Dukuh Kertadita, yang tentunya harus terus menerus dilestatikan, dengan adanya kreatifitas seni tentu akan merembas kedalam pola laku yang etis dan estetis. Sudah pasti kesenian itu menjadi daya tarik dan ruang perjumpaan rasa bagi para penduduknya.
Dalam bidang pertanian pun relativ banyak yang masih mempertahankan tanah garapannya, jadi secara ketahanan pangan masyarakat Desa Kalimas masih berdaulat dan berdikari. Desa Kalimas juga menjadi roda perputaran ekonomi, khususnya di Randudongkal bagian Utara sebab terdapat sebuah pasar besar tempat berjumpanya para pedagang dari Desa Mangli, Kalitorong, Tanahbaya Kejene dan Kreyo. Dengan adanya pasar tersebut tentu berdampak positif pada masyarakat Desa Kalimas dalam memasarkan produk dagangannya.
Masyarakat Desa Kalimas yang merantau mayoritas menjadi penjahit (konveksi), khususnya para pemudanya, saya kira ini menjadi lahan ekonomi yang cukup mengiurkan jika dikelola dengan baik, mungkin sebagian besar masih terkendala dengan modal, sehingga belum banyak yang membuat home industri skala mikro, sebelum nanti menuju ke skala makro yang lebih besar lagi, SDM yang sudah siap tentu menjadi modal utamanya.
Selain itu, di bidang kuliner Kalimas mempunyai makanan khas yakni kerupuk keyel, yang menjadi kerupuk primadona di desa sendiri, tentunya ini perlu dikembangkan supaya lebih pesat lagi produktifitasnya, dengan memberi branding dan kemasan yang lebih menarik, juga mencari pangsa pasar yang lebih luas sebagai misal memasarkan produk ke luar kabupaten, sehingga kedepannya dapat menyerap lebih banyak lagi tenaga kerja, dan tentunya akan mengurangi angka pengangguran.
Maka saya kira karakteristik masyarakat pedesaan yang guyub rukun seperti yang di katakan leluhur dulu “mangan ora managn sing penting kumpul” itu output dari nilai-nilai kemanusian yang terus dirawat oleh masyarakat pedesaan, segala potensi yang ada itu tergantung kesiapan sumber daya manusianya, dan sumber daya manusia di Desa Kalimas sudah siap dalam mengelola segalam ragam potensi yang ada, dalam rangka membangun sprastruktur dan infrastruktur masa depan.

Referensi

1 Beliau Simbah Saya, Bernama Mbah Kholifah, Kira-Kira Berusia 80 Tahun Ke Atas. Jadi Simbah-Simbah Dahulu Selalu Menceritakan Cerita Rakyat Kepada Anak Cucunya Yang Mungkin Dapat Menjadi Sejarah Lisan Jika Dapat Diverifikasi Lebih Lanjut. Cerita Mengenai Asal-Usul Nama Desa Masih Lestari Di Desa Kami.

 

Biodata, saya hanyalah pemuda desa yang suka minum kopi sembari menulis lepas dengan kata sederhana, kediaman saya berada di Desa Kalimas RT 31 RW 03 Kec. Randudongkal, Kab. Pemalang, IG: gua_kahfi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *